Chat TGP November 2025

Buyung Arianto

DI akhir bulan November kita dikagetkan kabar bencana besar banjir bandang di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat dengan korban jiwa mencapai ratusan. Kondisi tersebut dilengkapi dengan gambar aliran banjir bandang dengan ribuan log kayu yang ikut terseret. Ternyata kejadian banjir ini tidak hanya terdapat di Indonesia tapi juga banyak negara di asia Tenggara dan Selatan seperti Srilanka, https://www.aljazeera.com/news/2014/12/27/severe-flooding-hits-southeast-asia. Kalau kita lihat secara mudahnya di Google map, jelas sungai-sungai di negara2 tersebut tidaklah menyatu namun mereka bisa meluap bersmaan sehingga timbul air bah dan menyeret apapun yang ada didepannya termasuk menimbulkan tanah longsor. Asumsi awal bahwa semua kejadian disebabkan adanya siklon tropis Senyar dari bibit siklon 95B yang berkembang cepat di perairan hangat Selat Malaka. Dalam waktu singkat sistem tekanan rendah tersebut berubah menjadi siklon tropis dengan tekanan tinggi dan kecepatan angin mencapai 80 km/jam. Pembentukan Senyar tergolong tidak lazim khususnya di dekat garis ekuator namun karena suhu laut yang semakin hangat akibat perubahan iklim menjadikan wilayah yang dulunya dianggap aman, semakin rentan menjadi tempat kelahiran badai. Kita semua tahu perubahan iklim akibat pemanasanm global yang dipicu oleh greenhouse gasses (GHG). Sektor energi merupakan penyumbang terbesar CO2 di dunia yang termasuk di Indonesia, https://www.iea.org/countries/indonesia/emissions.

RUPTL 2025 -2034 mentargetkan persentase kenaikan renewable energy untuk pembangkit dari 15% ke 34% di tahun 2034. Ini merupakan upaya luhur PLN untuk tetap memberikan listrik dengan andal, terjangkau namun juga sustain terhadap lingkungan hidup. Pembangkitan saat ini operasional ada di subholding demikian juga saat pengembangan pembangkit-pembangkit baru hijau tersebut. Saatnya kita berkontribusi lebih besar untuk generasi berikutnya.

Who Cares Win, ini istilah yang muncul sejak tahun 2004 berupa dokumen yang dikeluarkan oleh PBB menjadi awal Gerakan ESG (Environmental, Social, Governance) di seluruh dunia, dengan keyakinan bahwa Perusahaan yang lebih baik dalam kinerja lingkungan, social dan tata kelolanya akan menghasilkan finansial yang lebih tinggi, sehingga lebih layak untuk menjadi sasaran investasi. Dari hal tersebut maka saat ini setiap Perusahaan besar selalu membuat rating ESG untuk mengetahui seberapa dalam Perusahaan berkontribusi dalam ESG. Secara pragmatis tanpa ESG maka Perusahaan energi khususnya akan sulit mendapatkan akses pembiayaan untuk investasi pengembangan. Saat ini PLN ada di angka rating ESG 27 berdekatan dengan Pertamina dan juga TNB Malaysia.

Selain untuk generasi berikutnya, dan akses pembiayaan yang lebih mudah maka dengan ESG PLN group akan mudah menarik talent terbaik untuk bergabung. Dapat dilihat bahwa Gen Z menjadi yang tertinggi dalam kepedulian terhadap ESG seperti table di atas mengungguli milenial dan jauh di atas Gen X. Dengan ESG : Perusahaan berkontribusi dengan terang listriknya, sekaligus menjaga alam untuk generasi berikutnya dengan dipenuhi talenta terbaik di masanya.