Chat TGP Maret 2025

Buyung Arianto

Unit Bisnis Pembangkitan Priok, bukan Unit Pembangkitan Priok. Perubahan nama beberapa kali terjadi dan akhirnya kembali menggunakan kata Bisnis di Tengah. Bisnis adalah kegiatan yang melibatkan produksi, penjualan atau pertukaran barang dan jasa dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan berarti ada selisih antara hasil penjualan dengan biaya modal dan biaya operasional yang dikeluarkan. Sesederhana itu namun bagaimana kita mengaplikasikan di dalam realita di lapangan khususnya dari sisi Asset Management.

Dalam bisnis pembangkitan listrik untuk mencapai keuntungan dicapai dengan beberapa parameter yang bisa kita hadapi sehari-hari : Availability/ketersediaan (di dalamnya termasuk keandalan), Peningkatan efisiensi mesin, Pengendalian biaya operasional termasuk bahan bakar, dan pemilihan program investasi yang tepat sasaran (memberikan manfaat kepada keandalan/efisiensi secara nyata). Dalam suatu laporan keuangan, parameter-parameter tersebut dapat dibaca dengan jelas. Sisi bahan bakar memang didominasi oleh faktor eksternal (harga gas maupun HSD) namun dengan memperbaiki heatrate atau NPHR misalnya pasca outage maka ada gain yang didapat adalah dengan memproduksi daya yang lebih besar untuk nilai bahan bakar yang sama. Konsultan Mckinsey di tahun 2024 juga sudah memberikan guidance di level korporat IP untuk perbaikan efisiensi real time melalui machine analytic (lebih berperan di PLTU Batubara). Untuk biaya operasional di luar bahan bakar maka yang mendominasi adalah biaya pemeliharaan dan dilanjutkan oleh biaya administrasi termasuk SDM. Untuk biaya investasi yang nilai manfaatnya didapatkan secara multi years maka untuk pembangkit seperti Priok didominasi oleh pembelian hot part ke pabrikan OEM sesuai dengan siklus waktu hidupnya (LCM).

Dalam perspektif asset maka Optimasi Asset merupakan program yang yang dapat dilakukan untujk mendapatkan keuntungan finansial tersebut, program optimasi asset diarahkan untuk menuju peningkatan tingkat pengembalian dan nilai yang dihasilkan oleh asset-aset produksi (John S. Mitchell, 2006). Definisi tersebut mengarah pada sasaran utama optimasi asset yaitu mengelola aset-aset produksi sedemikian hingga mencapai nilai lifetime terbesar. Optimasi asset dimulai dengan kesadaran bahwa ukuran finansial adalah ukuran fundamental dari kesuskesan Perusahaan (unit bisnis). Dari sisi manajemen maupun pembina di head quarter dalam mengevaluasi setiap usulan program unit bisnis adalah dengan Bahasa mudah : “Show me the money”.

Setelah adanya kesadaran bahwa ukuran finansial yang utama maka dilanjutkan dengan merubah mentalitas kita dari Cost Centered menjadi Profit Centered. Cost centered akan terjebak seperti langkah-langkah seperti di instansi ASN saat ini yaitu pemotongan anggaran, efisiensi, dll. Jika mentalitasnya adalah cost centered maka wajar jika dilakukan program pemotongan anggaran/biaya. Berbeda dengan mental profit centered, di mana akan muncul inisiatif, kelincahan, optimasi dan ownership. Investasi dan biaya operasional dievaluasi dari sudut pandang hasil dan keuntungan. Mental inilah yang harus dimiliki oleh SDM dan system unit bisnis maupun Perusahaan.

Banyak tool yang dapat digunakan untuk mengetahui efektifitas asset kita seperti OEE (overall equipment effectuiveness), meski di sini hanya mengukur nilai availanilitas tanpa memasukkan berapa biaya untuk mencapai hasil tersebut. Untuk investasi kita dapat menggunakan payback periode, NPV (net present value) maupun IRR (internal rate of return), ROI (return on investment) dll,Demikian singkat terkait finansial dan arti bisnis di nama unit kita Unit Bisnis Pembangkitan Priok. Semoga bermanfaat.

Kami dari manajemen di hari-hari menjelang Idul Fitri menyampaikan secara tulus Mohon Maaf Lahir Batin semoga kita dipertemukan dengan bulan Ramadhan berikutnya. Aamiin.

Terima kasih