Chat TGP Agustus 2025

CHATTGP

Buyung Arianto

Di awal Agustus 2025 penggemar otomotif menyerbu ICE BSD untuk melihat model dan teknologi terkini otomotif khususnya mobil. Terlihat jelas penguasa lama permobilan seperti Toyota dan Honda menyewa area paling luas berhadap-hadapan dan mewah dengan menampilkan produk-produk terbarunya. Dari data SPK maka terlihat mobll ICE (internal combustion engine) masih mendominasi namun jumlah orderan mobil listrik semakin meningkat. Data Gaikindo proporsi mobil listrik meningkat setiap tahunnya di Indonesia :

Sampai Juli 2025 jumlah mobil listrik yang sudah terjual sebesar 35.973 unit atau 9.5% dari total mobil yang terjual. Peningkatan prosentase yang selalu mencapai lipat dua menunjukkan semakin banyak diterimanya mobil listrik di Indonesia. Insentif pajak yang rendah tanpa progresif, kemudahan dalam penggunaan, biaya operasional yang rendah menjadi beberapa alasan pengguna mobil listrik. Salah satu faktor yang menarik adalah latar belakang penggunaan mobil listrik adalah faktor kepedulian terhadap lingkungan. Mobil BEV (battery electric vehicle) secara direct tidak mengeluarkan emisi CO2 namun indirect masih mengkonsumsi listrik yang saat ini 86.5% disumbang pembangkit non EBT (energi Baru dan terbarukan). Di 2025 diharapkan EBT sudah mencapai 25% faktanya masih berkutat di belasan persen. Dalam RUPTL terbaru bauran EBT baru akan mencapai 34% di 2034.

Jika perkembangan proporsi mobil listrik bisa lipat dua dalam 1 tahun maka EBT baru bisa lipat dua dalam 10 tahun. Ketika pertumbuhan mobil listrik semakin besar maka ada 2 konsekuensi utama ; semakin meningkat konsumsi listrik masyarakat (produksi dan pendapatan PLN naik) dan konsekuensi lainnya adalah switching produsen emisi CO2 dari Pertamina ke PLN. Konsumen yang selama ini membeli supply bensin di pom Pertamina akan pindah ke SPKLU PLN atau charging station di rumah sendiri. Bagaimana dengan CO2 emission ?, timbul kekhawatiran bisa jadi justru naik karena supply daya mobil listrik tetaplah energi yang memiliki emisi CO2 dalam produksinya apalagi jika PLN tidak menyegerakan pembangunan pembangkit EBT.

Pada September 2022 saat kami mengikuti Enlit Asia di Bangkok, Menteri energi Jepang memberi sambutan terkait transisi energi. Saat itu Jepang mulai dengan cofiring hydrogen dengan mengimpor hydrogen dari Arab Saudi. Beberapa waktu kemudian kita mendapatkan undangan dari GE dan Mitsubishi untuk melihat uji cofiring hydrogen di USA dan Jepang (tapi online) dan berhasil sampai angka 20%. Yang menarik saat itu adalah pernyataan dari Menteri energi Jepang bahwa mustahil dunia mencapai net zero emission tanpa PLTN (nuklir). Diilustrasikan berapa luas lahan yang harus dibutuhkan untuk melakukan cofiring PLTU, berapa panjang antrian truk biomass untuk mensuplai pembangkit kapasitas besar. Demikian juga terkait berapa luasan lahan yang harus disediakan untuk pemasangan sel surya khususnya di negara-negara dengan luasan kecil. Membaca portal online Powermag terbaru, kembali ditegaskan oleh peneliti Dr Tim Gregory bahwa memang mustahil NZE dicapai tanpa adanya PLTN.

Saat ini PLTN SMR (small modular reactor) sudah dapat dibuat dalam kapasitas yang semakin kecil sampai 300 MW dari kapasitas yang kita ketahui selama ini di atas 1000 MW. Baru-baru ini 2 pabrikan yaitu GE Vernova Hitachi Nuclear Energy dan Rolls-Royce sedang melakukan beauty contest untuk pengadaan SMR di Vattenfall Swedia. Ke depan teknologi ini bisa jadi akan mewarnai pembangkit di Indonesia. Dalam pengoperasian PLTN selama ini menerapkan tingkat SOP dan kemanan yang paling tinggi untuk memperkecil peluang terjadinya kecelakaan kerja maupun kegagalan peralatan. Demikian informasi terkait EBT yang semoga dapat menambah wawasan kita semua khsususnya generasi milenial dan Z yang bisa jadi akan mengoperasikan pembangkit SMR di masa depan.

Salam EBT